Sosok yang satu ini terkenal di kalangan pendaki gunung dan penikmat alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango serta Kebun Raya Cibodas. Siapa sih beliau?
Deretan warung menyambut kami pada hari sabtu, dini hari. Lampu-lampu warung masih menyala terang, beberapa orang masih berlalu-lalang. Terlihat kelompok-kelompok orang yang berkumpul di depan warung dan beberapa lainnya bercengkrama di bagian dalam warung. Spanduk besar terbaca jelas bertuliskan “Warung Mang Idi”.
Mang Idi adalah seorang pemilik warung di tempat peristirahatan sekitar area Kebun Raya Cibodas. Satu dari sekian banyak warung yang ada di sana dan dimanfaatkan sebagai penginapan sederhana untuk sementara waktu sambil menunggu fajar menyingsing. Mang Idi, umurnya yang tak muda lagi menyambut ramah setiap pengunjung warung yang datang untuk sekedar menikmati mie rebus plus telur setengah matang, menyeruput kopi sebagai penghangat badan, bahkan memejamkan mata sejenak. Seolah telah mengenal kami lama sekali kemudian bertemu lagi, Mang Idi tak ragu mengulurkan jabat tangan dan selalu disambut baik setiap pengunjung yang bertemunya, termasuk kami.
Warung Mang Idi tidak besar, tapi cukup menampung kelompok-kelompok pecinta alam yang akan menapaki Taman Nasional Gunung Gede Pangrango maupun Kebun Raya Cibodas. Warung Mang Idi menyediakan tempat istirahat dengan ruangan yang cukup luas beralaskan “karpet masjid” dan pengunjung leluasa merebahkan diri, sejenak sebelum matahari terbit. Kebersihan kamar mandi pun cukup terjaga dengan pasokan air bersih yang jernih mengalir ditampung dalam bak kecil yang terbuat dari semen.
Kami memilih warung lain, karena malam itu warung mang idi terlalu ramai dan tidak mendukung untuk istirahat. Tak jauh dari warung mang idi, kami memilih warung bu Ani yang menyediakan bantal, guling, dan selimut. Fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan warung mang idi, namun kami tidak bertemu dengan bu Ani dan disinilah letak perbedaannya. Tak ada senyum khas orang tua yang seolah rindu tak bertemu anaknya dalam waktu yang lama dan uluran jabat tangan yang ramah seperti sosok mang idi. Namun, sistem pembayarannya sama, cukup dengan selembar uang kertas lima ribu rupiah yang dibayarkan saat kita selesai menginap.
Seusai menikmati keindahan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, jangan lupa mampir lagi ke warung mang idi. Peci hitam dan sarung yang dikenakannya menjadi ciri khas yang melengkapi keramahan sosok mang idi. Mang idi kami pamit pulang, semoga umur panjang mempertemukan kembali. Jangan ragu bermalam di warung mang idi, tempat sederhana ini menghadirkan kehangatan yang luar biasa untuk dikenang kemudian hari. Kamu juga bisa menginap di hotel saat wisata di Bogor. Banyak pilihan hotel dari yang termurah sampai termahal. Namun jangan khawatir, dengan budget terbatas liburan di Bogor masih bisa dilakukan.
'Warung Mang Idi' have 6 comments
03/25/2015 @ 7:52 pm tengenesia
recommended sekali warung mang idi untuk wisatawan berbudget minim.
jangan lupa bawa foto atau sticker kalau berkunjung ke mang idi, disana ada semacam hall of fame khusus bagi pengunjung.
03/26/2015 @ 11:20 am Gioveny Astaning Permana
termasuk sticker ente ya gan? 😀
03/26/2015 @ 7:47 am oby
mank idi top deh ya 🙂
03/26/2015 @ 11:20 am Gioveny Astaning Permana
tak ada lawan 😀
03/26/2015 @ 8:52 am Kukuh Aryo
Wah mang idi, kapan kesana (lagi)? Ati2 salaman dr mang idi haha
03/26/2015 @ 11:36 am Gioveny Astaning Permana
pengalaman bgt ya dikejar mamang buat salaman hahaha